Desember 2024 – “Nusantara”
Neng dan Pintu Ajaib
oleh: Hani Apriliani
Di suatu kampung hiduplah seorang anak gadis bernama Neng Sekarwangi dengan rambut di kepang dua dan mata yang indah, kulitnya gelap seperti sawo
matang dengan pakaian sederhana tengah asik memetik tomat dikebun. Ia hidup bersama wanita paruh baya bernama Arumala atau biasa dipanggil Simbah di
sebuah rumah tua yang elok dengan tanaman hias didepan rumahnya. Suatu ketika Neng berkata kepada Simbah :
“Simbah, neng sangat bosan seharian harus memetik tomat dan sayur-sayuran lain di kebun.” ucap neng sembari membawa bakul berisi tumpukan tomat.
“Lalu kamu mau kemana jika tidak membantu Simbah neng.” ucap Simbah wanita paruh baya dengan topi yang menutupi seluruh uban nya.
“Neng pengen ke kota Simbah, Neng ingin melihat kereta terbang di atas langit.” ucap Neng berandai-andai.
Simbah pun berkata, “Mana mungkin ada kereta yang berjalan diatas langit.
Ada-ada saja kau Neng.” ucap Simbah tak percaya dan menggelengkan kepala.
Neng pun lantas menjawab. “Kemarin Neng mendengarkan cerita si Damar anak kepala desa itu. Katanya kakak nya yang tinggal dikota sering menaiki
kereta yang berjalan diatas langit Simbah.” ucap Neng meyakinkan.
Simbah pun menyerah dan menyuruh Neng Sekarwangi segera membereskan hasil panen sayurannya yang akan mereka jual esok hari dipasar. Dipagi hari yang cerah neng membantu Simbah membawa sayuran yang telah dipetik kepasar untuk dijual. Melihat anak lain yang bersekolah dengan sepeda
andalan mereka. Neng pun bersedih karna tak bisa seperti mereka yang bisa belajar dan bermain disekolah. Neng dan Simbah fokus dengan sayuran yang mereka jual hingga petang pun tiba dan mereka pun kembali pulang dengan tumpukan uang recehan.
Dirumah tua tempat mereka tinggal, neng lantas berdoa kepada Tuhan sebelum tertidur.
“Ya Tuhan semoga neng bisa seperti orang-orang sukses diluaran sana. Neng ingin ke kota melihat kereta terbang.” Neng pun tertidur lelap disamping Simbah. semoga neng bisa seperti orang-orang sukses diluaran sana. Neng ingin ke kota melihat kereta terbang.”
Neng pun tertidur lelap disamping Simbah. Seketika cahaya pun datang menghampiri kamar Neng. Neng pun membuka mata dan didepannya terdapat satu buah pintu yang indah disamping nya terdapat bunga-bunga yang segar. Neng pun menghampiri pintu tersebut dan membukanya. Ketika dibuka neng berada di dunia yang lain dimana terdapat gedung-gedung tinggi bahkan terdengar suara klakson mobil silih beradu dijalan raya. Neng pun berjalan menyusuri jalanan tersebut dan menyusuri seluruh pasang mata disana. Lantas Neng pun berkata.
“Wah neng dimana kenapa banyak rumah yang besar disini Aduh.. bising sekali.” seketika terdengar suara keras dari atas jembatan neng pun terkejut melihat sebuah kereta api cepat melintas dihadapannya.
“Ya Tuhan, Ke-kereta….” ucap Neng tak percaya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki menabrak neng dengan kencang dan mereka pun terjatuh.
“Aduh..” ucap anak laki-laki tersebut dengan pakaian bolong dan celana pendek tanpa alas kaki. Neng pun bangkit dari tanah dan memandang anak laki-laki tersebut.
“Apakah kamu baik-baik saja?” ucap anak laki-laki tersebut.
“Ya aku baik-baik saja hanya luka sedikit karna terbentur.” ucap Neng dengan santai.
“Ayo ikut denganku, akan ku obati sikutmu.” ucap anak tersebut dan meraih tangan Neng. Neng pun pasrah dan ikut bersamanya. Neng dibawa ke sebuah pemukiman kumuh penuh dengan sampah dan lalat.
“Kamu duduk disini akan ku bawakan obat.” ucap anak laki-laki tersebut dan pergi. Disini neng masih tidak percaya, karna tadi dia sedang tertidur disamping Simbah dan tiba-tiba menemukan pintu kemudian tiba di kota besar. Kini anak itupun kembali dengan kotak P3K.
“Perkenalkan namaku Yoyo.” ucap anak tersebut setelah memasangkan perban di sikut Neng.
“Namaku Neng sekarwangi salam kenal.” ucap Neng. Lantas yoyo pun bertanya kepada Neng.
“Kamu dari mana Neng? namamu tampaknya asing disekitar sini.” ucap Yoyo penasaran.
“Aku berasal dari Jawa Barat, tiba-tiba saat aku tertidur aku berada dikota besar ini.” ucap Neng
“Kok bisa sih neng? Lalu orang tuamu kemana?” Tanya yoyo.
” Ah iya, aku lupa memberitahu Simbah.” ucap Neng khawatir.
“Aku sedikit aneh Yo, karna kata temanku si Damar anak kepala desa itu berkata bahwa orang yang tinggal di kota pasti sukses. Kok aku lihat-lihat kamu tidak seperti yang diceritakan Damar kepadaku.” ucap Neng terheran-heran.
“Tidak semua yang tinggal dikota itu sukses, mungkin aku miskin dan sederhana. Tapi aku sukses bertahan hidup dikota besar ini tanpa meyusahkan orang lain.” ucap Yoyo.
“Wah hebat kamu Yo tapi aku lapar.” ucap Neng memegang perut.
“Sini ikut denganku agar kamu bisa makan maka kamu harus berusaha.” ucap Yoyo dan mengajak neng pergi ke jalanan stopan.
Setibanya di stopan lampu merah, yoyo memberikan setumpuk koran harian kepada Neng. Katanya jika kita menjual satu koran ini kita akan untung seribu rupiah. Neng dan yoyo bersama anak-anak jalanan lain pun saling membantu menjual koran harian untuk makan siang. Tiba-tiba terdengar suara bising diatas jembatan, rupanya kereta api cepat yang melintas didepan mereka.
“Wah ada kereta yang berjalan diatas langit Yo!” ucap neng senang menepuk-nepuk pundak yoyo.
“Apa? Kereta yang berjalan diatas langit? itu kan kereta api cepat Neng.” ucap Yoyo tertawa melihat Neng kegirangan.
“Yo, kamu pernah naik itu tidak?” ucap neng setelah kereta melintas.
“Tidak, karna jika aku naik kereta seperti itu uang saku ku selama sebulan berjualan Koran pun tidak aka cukup untuk menaiki kereta itu.” ucap Yoyo.
“Oh jadi mahal sekali ya Yo, jika ingin naik kereta diatas langit.” ucap Neng sedih.
“Gapapa neng, siapa tau suatu saat nanti kita bisa naik kereta cepat itu ke rumah mu.” ucap Yoyo.
Koran pun laku habis, mereka pun pergi ke rumah makan didekat rumah Yoyo. Katanya rumah makan disana murah dan banyak. Hari pun semakin gelap bintang-bintang saling berkumpul diatas jalanan kota. melihat neng yang sedih memikirkan Simbah yang sendirian dirumah tanpa ada dirinya disamping nya. Yoyo pun menghampiri Neng dan mengajak nya untuk menginap dirumah nya dan tidur bersama adik perempuan nya.
Hari pun berganti, neng pun membuka mata nampak sayup-sayup atap rumah tampak tak asing bagi Neng. Simbah pun berteriak dibalik pintu.
“Neng… Bangun saatnya sarapan.” ucap Simbah
Neng pun bergegas bangkit dari kasur dan menghampiri Simbah dan memeluknya.
“Simbah, maafkan Neng karna telah pergi meninggalkan Simbah sendiri dirumah.” mendengar itu, Simbah pun terkejut.
“Apa maksudmu Neng.” ucap Simbah terheran-heran.
“Kemarin neng pergi ke kota besar untuk melihat kereta yang berjalan diatas langit dan bertemu yoyo anak jalanan yang menemani neng disana.” ucap neng sambil terisak.
“Sudah lah neng, mari makan dan lupakan apa yang telah terjadi. Sepertinya kamu bermimpi hingga bangun terlambat.” ucap Simbah dan bergegas mengambil piring untuk Neng.
-Tamat-